Kali ini gue mau share ilmu yang gue dapet dari buku “The 4 Disciplines of Execution” karya Chris McChesney, Sean Covey, dan Jim Huling. Mungkin lo notice, ada nama Sean Covey di situ — dia juga penulis buku “7 Habits of Highly Effective Teens”, salah satu buku favorit gue juga. Mungkin nanti bakal gue ringkas juga buat adik-adik tercinta di Indonesia.
Buku ini awalnya ditulis buat para pemimpin — entah itu pemimpin perusahaan, tim, atau organisasi. Tapi jangan salah, walaupun lo ngerasa bukan pemimpin, ilmu dari buku ini tetap relevan banget buat lo.
Kenapa?
Karena setiap dari kita itu pemimpin. Minimal pemimpin buat diri kita sendiri.
Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.”
Lo adalah orang bebas, bukan budak. Dan sebagai manusia merdeka, lo punya tanggung jawab atas hidup lo sendiri.
Setiap organisasi atau perusahaan pasti punya tujuan yang pengen dicapai. Mereka pengen menerapkan strategi-strategi jitu buat bikin bisnisnya makin maju. Tapi kenapa ya, eksekusinya seringkali mandek?
Kita sebagai individu juga sering gitu — punya keinginan, tapi kok realisasinya selalu tertunda?
Nah, buku ini memperkenalkan konsep “whirlwind” alias “angin topan”. Maksudnya apa?
Whirlwind adalah pekerjaan rutin harian yang gak bisa dihindari — balas email penting, meeting dadakan, persiapan presentasi, dan segala urusan mendesak lainnya. Dan ironisnya, justru whirlwind inilah yang bikin kita susah bergerak maju.
“The whirlwind is urgent and it acts on you and everyone working for you every minute of every day…”
Lo pernah gak sih ngerasa super sibuk, tapi kok hasilnya kayak nggak ngapa-ngapain?
Itu karena lo lagi kejebak whirlwind.
Makanya, kita butuh sistem. Sistem yang memungkinkan kita tetap bisa bikin progress, meskipun whirlwind itu terus muter-muter di sekitar kita.
Coba bayangin diri lo jadi pemandu lalu lintas udara. Di bandara ada banyak banget pesawat yang harus mendarat, parkir, atau lepas landas. Semua penting. Tapi di antara semua itu, ada satu pesawat yang PALING penting — yang mau mendarat.
Di saat itulah, lo harus bikin prioritas. Fokus ke pesawat itu dulu. Yang lain jadi prioritas kedua.
WIG itu seperti pesawat yang harus mendarat. Dia adalah goal yang PALING penting. Kita harus tetap aware sama hal-hal penting lain, tapi WIG harus jadi fokus utama.
Untuk menentukan WIG, jangan tanya “Apa yang paling penting?”
Tapi tanya:
“Kalau semua aspek lain dari operasional tetap perform seperti sekarang, bagian mana yang kalau diperbaiki akan memberikan dampak paling besar?”
Dan tulis WIG lo dengan format:
From X to Y by Z.
Contoh: Meningkatkan omzet bisnis dari 9 juta jadi 90 juta sebelum 31 Desember.
Di buku ini gue baru ngerti konsep dua jenis pengukuran: lag measure dan lead measure.
Contoh:
Daripada setiap hari nimbang berat badan (lag), lebih baik fokus ke berapa kali kita olahraga dan seberapa sehat makanan yang kita makan (lead).
Kenapa? Karena lead measure ada di bawah kendali kita. Dan kalau kita konsisten ngelakuinnya, lambat laun hasilnya bakal ngikutin.
“People play differently when they know the score.”
Bayangin lo main bola. Kalau skornya dicatat, pasti semangat lo beda dibanding kalau main tanpa tujuan jelas.
Scoreboard bikin progress lo kelihatan. Bikin motivasi lo naik. Bikin lo sadar: lo lagi menang atau kalah.
Scoreboard harus:
Kalau lead-nya dijalani dengan konsisten, lag-nya akan mulai keliatan hasilnya. Dan akhirnya… WIG lo tercapai.
Kalau lo udah punya WIG, lead measure, dan scoreboard... tinggal satu hal lagi: JAGA KONSISTENSI.
Caranya gimana?
Dengan menciptakan irama akuntabilitas. Entah itu rapat mingguan bareng tim, atau journaling pribadi kalau lo solo player.
Di sesi ini lo:
Kenapa ini powerful?
Karena ada komitmen sosial. Ketika lo janji ke tim, ada dorongan psikologis buat gak mau ngecewain. Reputasi lo dipertaruhkan.
Dan kalo lo nerapin ini secara personal, lo bisa ngaca setiap minggu dan tanya ke diri sendiri:
Gue beneran komit gak? Atau cuman ngimpi doang?
Kalau lo bener-bener nerapin 4 disiplin ini — fokus ke 1 goal penting, bertindak pada hal yang bisa dikontrol, kelola scoreboard, dan bangun irama akuntabilitas...
Maka apapun whirlwind yang lo hadapi, lo masih bisa bikin progress yang nyata.
Tujuan lo gak akan lagi jadi sekadar wacana.
Tapi berubah jadi kenyataan.
Kalau lo suka insight kayak gini, lo bisa follow blog ini atau tonton video gue lainnya.
Jangan lupa juga bagiin ke temen yang sering bilang “sibuk mulu tapi gak maju-maju”.
Let’s execute better.